MEGA RAHAYU_NHW #3 "Membangun Peradaban dari Dalam Rumah"

Tak terasa, saya belajar di Matrikulasi IIP sudah pada tahap materi ke- 3 di minggu ke- 3, masih seumur jagung memang, tetapi hal-hal yang ada didalamnya, yang saya rasakan adalah luar biasa. Seperti ada yang menampar muka dengan keras sekali, lalu ia mengusapnya sampai rasa sakit itu tak terasa lagi. Berbahagialah saya karena saya tidak terlambat belajar tentang hidup. 

............

Berbicara tentang Materi ke #3, mengenai "Membangun Peradaban dari Dalam Rumah". Sontak saya berfikir keras. Harus seperti apa dan harus bagaimana saya membangun peradaban tersebut di dalam rumah. Seru nya materi Matrikulasi itu ini nih, lebih ke Introspeksi Diri dan pengingat saat kita mulai lengah. Wow!

Membangun peradaban dalam rumah bagi saya yang sudah berkeluarga adalah tantangan besar yang harus saya dan suami usahakan. Hasilnya, kita tinggal pasrahkan pada yang punya-Nya. Tapi, keyakinan saya, hal baik akan menghasilkan yang baik pula. Aamiin..

Berbicara mengenai peradaban dalam rumah, jika dianalogikan dalam sebuah Film, Keluarga adalah Judul-nya, Orang Tua adalah Sutradara sekaligus pemeran utamanya, anak adalah pemerannya juga. Sebagai Sutradara, kita bisa saja menciptkan skenario sesuka hati, dengan ending bahagia atau sedih, itu kita yang kendalikan, kita yang ciptakan. Dalam hal berkeluarga, sebagai sutradara, penulis skenario, dan pemeran utama, Orang Tua (saya dan suami) harus berfikir dan berusaha bagaimana membimbing/ mengarahkan seorang anak yang sesuai dengan kehendak-Nya. Karena ternyata, kita memang harus menjadikan anak sesuai dengan kehendak-Nya. Bukan sesuai dengan yang kita inginkan. Maka dari itu, Keluarga adalah hal yang paling penting dalam perjalanan hidup anak kita.

Keluarga bagi saya adalah sesuatu yang sangat berharga. Saya adalah wanita paling beruntung di dunia ini karena dipertemukan dengan Suami yang super. Super dalam segala hal. Berjuang untuk kita keluarganya. Bagaimana saya tidak jatuh cinta selalu padanya? Saya selalu jatuh cinta dalam setiap hela nafas, hanya untuk suami saya. Nugraha Febrianto namanya, biasa disebut Nugie. Dia orang yang sangat mengerti dan sabar menghadapi orang seperti saya. Lagi-lagi Allah SWT sangat baik terhadap saya, karena mengirimkan sosok suami yang bisa mengimbangi saya, mengisi kekurangan dan kekosongan saya, dan selalu menopang ketika saya rapuh. Alhamdulillah... Bersyukur bisa bertemu denganmu, menata hidup bersama, semoga tetap istiqomah sampai nafas ini berhenti. 

Lengkap sekali kebahagiaan saya dan suami dengan hadirnya anak kami yang bernama Rengganis Ardhyagarini Nugraha, usianya sekarang menginjak umur 3 tahun 4 bulan. Kata orang, nama adalah do'a. Maka, harapan besar kami terhadapnya, salah satu caranya adalah kami torehkan dalam namanya. Rengganis Ardhayagarini Nugraha berarti putri tangguh yang mempunyai cita-cita tinggi, dan hidupnya adalah sebagai anugrah bagi kami dan Ibu Pertiwi. Dia bertumbuh dengan keceriaan khas anak-anak, aktif sekali, kreatifitasnya tinggi, cerdas, dan amat sangat lucu karena badannya sehat dan gemuk. Bersama dia, tiada hari tanpa tertawa. Selalu saja ada tingkah uniknya. Keaktifannya itu sampai kita bilang dia itu seperti batre Alkaline, tidak ada cape-nya. Bergerak kesana-kemari sambil bernyanyi, ngoceh, dan lain-lain. Kalau diam, saat dia minum susu dan tidur aja. Wow, Amazing Girl!. Saya dan suami menyikapi hal itu sebagai kelebihan, potensi yang ada dalam diri anak kami. 

Ketika saya harus melihat diri saya sendiri, kadang saya kalah pada keadaan jika dibandingkan dengan semangat anak saya itu. Kadang saya kalah dalam menyikapi segala sesuatu dengan pikiran positif, dan selalu semangat menghadapi hidup. Justru saya harus banyak introspeksi dan bangun sebangun bangunnya peran saya dalam keluarga apa, kenapa saya hadir di keluarga ini. Potensi yang saya miliki adalah mandiri. Saya terbiasa mandiri meskipun kadang saya juga manja. Selain itu, (bukan saya narsis ya, hihihi) katanya saya kreatif. Saya senang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seni dan budaya. Saya dulu orangnya pemalu, tidak berani tampil kedepan. Tetapi setelah belajar berorganisasi di OSIS dan menjadi Ketua OSIS di SMP, saya mulai berani dan menjadi orang yang tidak pemalu lagi. Selain itu, saya juga belajar menjadi wanita yang tidak "epes-meer" atau baperan, saya cenderung cuek, mau dikata apa sama orang lain, yang penting tidak merugikan orang lain. Kekurangan saya adalah boros dan sedikit keras kepala. Mungkin, Allah menghadirkan saya di keluarga ini adalah untuk menjadikan saya sebagai pribadi yang lebih baik lagi. Dengan kemandirian saya, saya harus bisa menularkan hal tersebut pada anak saya untuk masa depannya.

Lingkungan saya sekarang adalah lingkungan yang lebih baik dibanding lingkungan saya sebelum menikah. Dulu saya hidup di sebuah tempat padat penduduk, yang otomatis permasalahan juga kompleks. Tantangan hidup nya besar. Pergaulan, pengaruh lingkungan, jika kita lengah sedikit, kita bisa salah jalan. Sekarang, saya hidup di lingkungan yang damai, aman, dan tidak terlalu kompleks permasalahannya. Lebih sedikit kemungkinan gangguan masuk dari lingkungan rumah, tantangannya mungkin saat anak ada di luar lingkungan rumah. Saya menangkap maksud Allah menghadirkan saya dan keluarga saya di lingkungan ini adalah untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Lebih memperhatikan anak di lingkungan selain di rumah, bisa lebih fokus mendidik dan membangun peradaban yang dimulai dari keluarga kecil. Semoga Allah SWT memudahkan kami menjaga dan mendidik amanah, peri kecil yang sangat kami banggakan.

........

Teruntuk keluarga kecilku, terimakasih telah menjadikan Bunda sebagai seseorang yang sangat berarti untuk kalian. Maafkan Bunda, masih banyak kekurangan dan kekhilafan. Untuk suamiku, kamu yang paling terbaik dalam hidup, tak akan mungkin tergantikan. Semangat menjalani hidup bila denganmu, Ayah. Dan, untuk anakku Rengganis, berkibarlah engkau, merdekalah seutuhnya dengan tutur kata dan budi pekerti, catat sejarahmu dengan baik di Ibu Pertiwi.

-I Love My Family-

(MN-01062017)